Kabar Buruk! Harga TBS dan Brondolan Sawit di Tanjab Timur Terjun Bebas Jelang Akhir Tahun, Ini Penyebabnya

Harga TBS dan brondolan sawit di Tanjab Timur mulai anjlok. --ist/kejarkabar.com--

MUARASABAK, KEJARKABAR.COM – Menjelang akhir tahun 2025, harga kelapa sawit di Kabupaten Tanjab Timur mulai mengalami penurunan, meskipun sebelumnya cukup menjanjikan.

Menurut Erikno, salah satu pengepul sawit di Kecamatan Muarasabak Barat, harga brondolan sawit di tingkat petani saat ini berada di kisaran Rp3.000 per kilogram, sementara harga di tingkat pengepul sekitar Rp3.500 per kilogram.

Sebelumnya, harga brondolan di tingkat petani mencapai Rp3.300 per kilogram, dan di pengepul Rp3.700 per kilogram.

Baca Juga :  Bupati Merangin Dampingi Gubernur Al Haris, Ribuan Pelajar Dapat Bantuan Pendidikan & Bedah Rumah

Untuk Tandan Buah Segar (TBS) sawit, harga juga mengalami penurunan. Saat ini, harga TBS di tingkat petani rata-rata Rp2.450 per kilogram, sedangkan di tingkat pengepul sekitar Rp2.600 per kilogram. Sebelumnya, harga TBS mencapai Rp2.700 per kilogram di tingkat petani dan Rp3.000 per kilogram di pengepul.

Erik menuturkan bahwa fluktuasi harga brondolan dan TBS dipengaruhi oleh harga Crude Palm Oil (CPO) di pasaran. Meskipun harga menurun, hasil panen saat ini tergolong cukup melimpah dibandingkan dua bulan sebelumnya.

Baca Juga :  Jaksa Tuntut Rafina Pembobol Rekening Nasabah Bank Jambi Cabang Kerinci Pidana Penjara 11 Tahun

Sementara itu, Fakhri, pemilik kebun sawit di wilayah yang sama, menambahkan bahwa penurunan harga mendekati akhir tahun merupakan fenomena yang biasa terjadi. Banyak pengepul bahkan menghentikan sementara pembelian dari petani.

Para petani berharap harga jual TBS dan brondolan sawit tetap stabil atau meningkat agar perekonomian masyarakat tergantung kelapa sawit bisa lebih sejahtera. Fakhri menegaskan, hasil panen sawit menjadi sumber utama kehidupan dan penghidupan keluarga di Kabupaten Tanjab Timur.

Baca Juga :  Pedagang Ayam Datangi Wabup Merangin, Minta Izin Jualan Tengah Malam

“Kami sangat berharap harga jual hasil perkebunan bisa tinggi dan tidak anjlok, karena ini adalah mata pencaharian kami,” pungkasnya. (*)

Pos terkait